Assalamu'alaikuuum..
Kali ini mau cerita tentang dua minggu-an yang lalu dateng ke nikahan temen, sebut saja dia Mawar Zahra. Temen kuliah zaman S1. Enggak sekelas, tapi pas masih kuliah lumayan akrab. Apalagi setelah memutuskan buat kuliah lagi, kosku sekarang jadi lebih deket sama rumahnya Zahra, nah Zahra lumayan sering main kos, jadilah kami tambah akrab. Uuuw~
Spoiler foto
pengantin ku sama temen-temen yang datang ke nikahan Zahra dulu, aaah~
|
jangan nanya aku nyusul kapan |
Yang bikin cerita ini menarik adalah bahwa sebulan sebelum Zahra ini ngabarin mau nikah, dia kan sempet main ke kos, nah dia masih galau-galau gitu masalah jodoh.
Jangan heran ya, usia kepala 2 lebih "dikit" kayak aku gini bahasannya kadang emang suka nyerempet-nyerempet masalah gini, nih. Yhaaa.. buka kartu deh. Hahaha
Sebulanan sebelum nikah Zahra ini nanyain tuh lewat Whatsapp, akhir pekan sekitaran bulan Juni pertengahan aku di kos enggak, dia bilang mau tjurhat, begitu. Karena waktu itu ndilalah aku ada acara dari pagi sampek sore gitu di kampus, ku jawablah aku di kos tapi dari pagi sampek sore nggak di kos, hayoo lho.. gimana maksudnya ini. Wkwk
Alhasil, sesi tjurhat yang rencananya mau diadakan weekend pertengahan Juni pun nggak jadi. Waktu itu sama sekali tuh nggak kepikir kalau yang mau dicurhatin masalah nikahannya dia, pikirku yaa masih seputaran hati tapi nggak sampek mengarah ke sana. (wahaha.. ampun, Raaa)
Setelah itu, diputuskanlah Zahra ke kos di weekend depannya. Begitu masuk kamar, ku tanya deh tuh, mau curhat apaan. Lalu diceritainlah dari A sampek Z perkenalannya dia sama mas jodoh ini, sambil dia nunjukkin beberapa lembar undangan yang niatnya mau dititipin ke aku buat temen sekelas. Aku yang nggak nyangka langsung meluk nih anak trus ngucapin selamat yang entah mengapa waktu itu aku rasanya ikut bahagiaaa bangeeet. Akhirnya Raaa, akhirnyaaa..
Nggak nyangka aja gitu, masih di tahun yang sama, eh.. yang diresahkan akhirnya menemukan jawabannya juga. Bener yaa.. yang namanya rezeki, jodoh, dan kematian adalah takdir (ketetapan) yang telah ditentukan kepada manusia. Jika rezeki, jodoh, dan kematian sudah ditentukan, lalu mengapa kita berdoa dan berusaha untuk mendapatkannya? Menurut sebuah artikel yang ku baca; Pertama, berusaha dan berdoa adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Berusaha dan berdoa adalah bukti bahwa manusia memiliki kebebasan memilih. Ini adalah penghargaan tertinggi Allah kepada manusia, ciptaan-Nya. Jadi, ketika kita berusaha dan berdoa sebenarnya kita sedang mensyukuri nikmat Allah (yakni kebebasan). Sebaliknya, orang yang tidak mau berusaha dan berdoa berarti dia melecehkan dan tidak bersyukur terhadap nikmat Allah berupa kebebasan itu sendiri. Kedua, kita harus berusaha dan berdoa agar lebih cepat lagi mendapatkan takdir kita, jika takdir itu baik dan sesuai keinginan kita. Jika takdir tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita, maka dengan berusaha kita dapat merubah takdir tersebut menjadi takdir yang baik atau sesuai dengan keinginan kita. Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang dapat merubah takdir kecuali doa”. Untuk masalah rezeki dan jodoh, jadi aku bisa menyimpulkan, hal tersebut adalah takdir yang masih bisa di-ikhtiarkan. Hmm..
Yaudah, sekian cas-cis-cus kali ini, semoga terhibur baca tulisan ini. Terakhir, ku kasih foto pengantinnya deeeh.. Biar yang baca (dan yang nulis) segera menyusul. Aamiin.
|
pada liat ke kamera satunya :( |