Tuesday, October 19, 2021

Selamat Ulang Tahun

Kali ini mampir sini mau nitip "sesuatu". Apakah "sesuatu"-nyaaa? Jeng jeng jeng jeng~

Jadi, beberapa tahun ini adikku punya cara yang unik dan kreatif tiap ngucapin selamat ulang tahun. Beberapa di antaranya adalah..


Tahun 2020 dia kirimin box yang isinya snack + buku dan ada QR codenya yang kalau discan isinya playlist Spotify ucapan selamat ulang tahun. Oh iya, sama ada kaus custom juga, tulisannya Serendipity, karena aku memang suka sama kata itu dan maknanya.
 

Tahun 2021 dia kirimin e-mail, isinya file yang formatnya kayak LPJ.



Tahun 2022 dia kirimin ucapan yang formatnya seperti surat resmi.

Di kesempatan yang lain dia pernah bikinin video juga yang ada caption ucapannya, atau ucapan selamat ulang tahun melalui WhatsApp yang nggak kalah manis juga. Hal yang bisa aku rasakan adalah, "Oh, ternyata aku berharga untuk orang lain", setidaknya untuk orang yang ngucapin, apalagi dengan effort yang sedemikian.

Sesungguhnya dia bukan tipikal orang yang selalu menunjukkan hal-hal manis seperti itu, tapi ketika nemu momen yang pas, she will be the sweetest person I have ever known when giving birthday wishes. 
Dear Nyunyun, if one day you read this, thank you for every sweet thing you try to do. It means a lot to me. xoxo~ 


Thursday, February 14, 2019

Rezeki dari Tuhan

Woaaah.. 
setelah sekian lamaaaa menghilang dari buku catatan yang sesungguhnya entahlah faedahnya apa, akhirnya ku kembali. *tepuk tangan*
Sekian bulan sok-sokan fokus ngerjain tesis membuatku malas buat nulis. Hahaha
Apalagi waktu habis seminar proposal, ku rasa itu titik terendahku ngerjain tesis, karena ku bingung harus gimana mengeksekusi apa yang sudah ku rancang dalam proposal. Dua bulan lamanya kerjaanku cuma merenung tak tau arah *duileh kayak film banget*. 
Nonton film donlotan, web drama, bahkan pelarianku sampai ke oppa-oppa Korea, padahal usia sudah tidak muda belia. Huhuhu
Singkat cerita, akhirnyaaa, setelah perjalanan yang sangat panjang, alhamdulillah ku bisa juga pake toga lagi. *nangis bleberan*
Tapi kisah kasih di sekolah lainnya belum usai. Sembari menunggu waktu wisuda, maka terbitlah perasaan "mau dibawa kemana hubungan kita setelah semua ini" selesai. Maka kerjaanku di kos hanya searching lowongan-lowongan pekerjaan yang sekiranya cocok dan sreg
3 mingguan setelah wisuda alhamdulillah dapat panggilan kerja, dan ya.. di sini ku sekarang, yang katanya ibu kota negara Indonesia. Aku, rasa-rasanya tidak pernah membayangkan ada di sini. Sama seperti waktu masuk kuliah. Yailah, kenal UNS aja baru pas mau daftar kuliah. Tapi hidup ini memang selalu penuh kejutan, ya. :")))
Oiyaaa, sebelum akhirnya boyongan dari kos ke rumah dan kemudian ke tempat perantauan (lagi), ku pamit sama temen-temen kelas yang biasa main bareng dan anak-anak kos yang semuanya adik tingkat. Balasan mereka ada yang bikin mata berkaca-kaca. "Jadi begitu aku di mata mereka", pikirku.












Sekali lagi aku bersyukur, karena rezeki bukan sekadar materi, tapi juga orang-orang baik yang ada di sekitar kita. Terima kasih, kalian! ❤️

Tuesday, April 17, 2018

Surat (elektronik) untuk Sahabat Penaku

Namanya Rohmatun Inayah—Iin. 
Pertama kali kenal waktu sama-sama jadi peserta sebuah perlombaan zaman SD di kabupaten. Terpisah antara Brebes Utara dan Brebes Selatan, Kersana dan Sirampog. Berkenalan waktu di pos wawancara Kepribadian, setelah itu berlanjut dengan saling berkirim surat, yang lucunya surat pertama yang ku kirimkan padamu salah nama, ya? Untunglah satu-satunya pemilik nama Inayah di sekolahmu kala itu hanya kamu. Hihi. Menyenangkan sekali waktu itu, melakukan hal (yang menurutku) berharga ketika teknologi belum semaju sekarang. 
Setelah itu, bertemu lagi karena Iin beserta ibu dan bapak berkesempatan main ke rumahku. Kala itu kita kelas berapa ya, In? 5.. atau 6? Aku lupa persisnya.
Ternyata, SMP kita dipertemukan kembali dalam perlombaan yang sama, Iin semakin cantik kala itu, sudah lebih dulu berhijab.
SMA, Iin memilih SMA yang berbeda kabupaten, kita tak pernah lagi dipertemukan dalam acara yang sama. Berkirim surat pun akhirnya terhenti entah sejak kapan. Selain karena kesibukan siswa sekolah menengah atas, zaman pun nampaknya mulai mengubah cara kita saling bertukar kabar. Kita dipertemukan di jejaring sosial facebook yang kemudian kini merambah ke sosial media lainnya, macam instagram.
Kuliah, Iin memilih Universitas Indonesia, Fakultas Teknik. Fakultas yang di dalamnya terkenal dengan orang-orang yang mahir Fisika. Ah, sungguh In, aku selalu kagum dengan orang-orang yang mencintai dan mahir akan Fisika. Zamanku SMA, salah satu alasanku ingin cepat lulus ya karena "nggak ngerti sama si Fisika" ini. Ahaha, jangan tertawa In, ini sungguh nyata.
Ketika pergi ke tempat saudara di Tangerang, giliran aku dan keluargaku yang berkesempatan mengunjungi Iin dan keluarga di Kersana. Di sana tak lupa kita abadikan pertemuan singkat kita ya In, tapi foto itu entah dimana kini. Ku kira karena handphone-ku sempat bermasalah, foto yang belum dipindah ke laptop pun ikut menghilang. Tapi tak apa, kenangannya tak ikut hilang. :)
Kamu semakin bersinar. Bahkan kamu jadi salah satu kandidat Mahasiswa Berprestasi di fakultasmu. Kemudian, kamu terbang ke Malaysia, ke Turki, dan.. ke Jepang! Negara yang paling ingin aku kunjungi, entah sejak kapan.
Aku melihatmu dari layar mungil ini, mengangkasa, ke negeri nun jauh di sana. Dan, kekagumanku padamu semakin menggunung.. Kamu keren, In! Aku beruntung telah diperkenalkan dengan gadis sepertimu. Tetap jadi Iin yang luar biasa dan menginspirasi serta rendah hati, ya. Semoga kelak kita dipertemukan kembali. :)



Sahabat penamu,
Amalia

Saturday, October 21, 2017

Untuk Pitpit dan Mbak Pauus

Dear Pitpit dan mbak Pauus,
Waktu ibu ku tunjukkan tulisan darimu Pit, dan mbak Pauus, entah kenapa mata ibu keliatan berkaca-kaca. Mungkin ibu terharu, anaknya yang banyaaak sekali kurangnya ini dikelilingi orang-orang super baik macam kalian. Liat deh, ibuku yang nggak merasakan apa yang aku rasakan aja ikut bahagia, apalagi aku. :')


 


Tahu nggak, poin yang sama yang ku temukan di tulisan kalian berdua? Foto. Iya ya, kita jaraaang banget foto bareng. Apalagi sama mbak Pauus. Padahal 3 tahun sekamar. Foto berdua cuma dua kali, lucu juga. Mungkin salah satu faktornya karena kita emang sama-sama nggak suka selfie. Iya nggak, mbak? *berharap mbak Pauus baca* wkwk
Sama Pitpit juga, kalau udah bareng, nampaknya kita lebih setuju untuk ngabisin waktu buat ngobrol ketimbang "sekadar" foto-foto. Bahkan kita bisa duduk berjam-jam di bawah pohon beringin di sisi sebelah timur (semoga kali ini aku nggak buta arah) alun-alun untuk ngobrolin hal se-serius kenapa Jessica bisa se-woles itu dikasus kopi Vietnam-nya Mirna, sampai hal-hal "receh" semisal ayam itu cara kawinnya gimana. *harusnya sih kamu masih inget ini*
Dan yaaa.. pas udah pisah baru kerasa deh. Ternyata banyak kenangan yang belum atau tidak sempat dibekukan. Kemudian semuanya benar-benar "hanya" jadi investasi memori. Nggak apa sih, aku nggak menyesal, toh Tuhan Maha Baik, Dia menganugerahi setiap manusia kemampuan untuk mengingat. Recall memory, kalau orang-orang bilang. Katanya, itu adalah kemampuan untuk mengenang atau menarik ingatan kembali. Jadi aku berdoa, meskipun kita nggak punya berlembar-lembar peristiwa yang dibekukan, kita akan selalu punya kenangan yang (semoga letaknya nggak hanya di otak saja, tapi di hati juga) masih bisa diputar ulang, kapanpun kita mau.
Ah, tuh kan, aku jadi kangen kalian.


Thursday, July 27, 2017

Nikahan Zahra

Assalamu'alaikuuum.. 
Kali ini mau cerita tentang dua minggu-an yang lalu dateng ke nikahan temen, sebut saja dia Mawar Zahra. Temen kuliah zaman S1. Enggak sekelas, tapi pas masih kuliah lumayan akrab. Apalagi setelah memutuskan buat kuliah lagi, kosku sekarang jadi lebih deket sama rumahnya Zahra, nah Zahra lumayan sering main kos, jadilah kami tambah akrab. Uuuw~ 
Spoiler foto pengantin ku sama temen-temen yang datang ke nikahan Zahra dulu, aaah~

jangan nanya aku nyusul kapan


Yang bikin cerita ini menarik adalah bahwa sebulan sebelum Zahra ini ngabarin mau nikah, dia kan sempet main ke kos, nah dia masih galau-galau gitu masalah jodoh.


Jangan heran ya, usia kepala 2 lebih "dikit" kayak aku gini bahasannya kadang emang suka nyerempet-nyerempet masalah gini, nih. Yhaaa.. buka kartu deh. Hahaha

Sebulanan sebelum nikah Zahra ini nanyain tuh lewat Whatsapp, akhir pekan sekitaran bulan Juni pertengahan aku di kos enggak, dia bilang mau tjurhat, begitu. Karena waktu itu ndilalah aku ada acara dari pagi sampek sore gitu di kampus, ku jawablah aku di kos tapi dari pagi sampek sore nggak di kos, hayoo lho.. gimana maksudnya ini. Wkwk
Alhasil, sesi tjurhat yang rencananya mau diadakan weekend pertengahan Juni pun nggak jadi. Waktu itu sama sekali tuh nggak kepikir kalau yang mau dicurhatin masalah nikahannya dia, pikirku yaa masih seputaran hati tapi nggak sampek mengarah ke sana. (wahaha.. ampun, Raaa)
Setelah itu, diputuskanlah Zahra ke kos di weekend depannya. Begitu masuk kamar, ku tanya deh tuh, mau curhat apaan. Lalu diceritainlah dari A sampek Z perkenalannya dia sama mas jodoh ini, sambil dia nunjukkin beberapa lembar undangan yang niatnya mau dititipin ke aku buat temen sekelas. Aku yang nggak nyangka langsung meluk nih anak trus ngucapin selamat yang entah mengapa waktu itu aku rasanya ikut bahagiaaa bangeeet. Akhirnya Raaa, akhirnyaaa..

  

Nggak nyangka aja gitu, masih di tahun yang sama, eh.. yang diresahkan akhirnya menemukan jawabannya juga. Bener yaa.. yang namanya rezeki, jodoh, dan kematian adalah takdir (ketetapan) yang telah ditentukan kepada manusia. Jika rezeki, jodoh, dan kematian sudah ditentukan, lalu mengapa kita berdoa dan berusaha untuk mendapatkannya? Menurut sebuah artikel yang ku baca; Pertama, berusaha dan berdoa adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Berusaha dan berdoa adalah bukti bahwa manusia memiliki kebebasan memilih. Ini adalah penghargaan tertinggi Allah kepada manusia, ciptaan-Nya. Jadi, ketika kita berusaha dan berdoa sebenarnya kita sedang mensyukuri nikmat Allah (yakni kebebasan). Sebaliknya, orang yang tidak mau berusaha dan berdoa berarti dia melecehkan dan tidak bersyukur terhadap nikmat Allah berupa kebebasan itu sendiri. Kedua, kita harus berusaha dan berdoa agar lebih cepat lagi mendapatkan takdir kita, jika takdir itu baik dan sesuai keinginan kita. Jika takdir tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita, maka dengan berusaha kita dapat merubah takdir tersebut menjadi takdir yang baik atau sesuai dengan keinginan kita. Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang dapat merubah takdir kecuali doa”. Untuk masalah rezeki dan jodoh, jadi aku bisa menyimpulkan, hal tersebut adalah takdir yang masih bisa di-ikhtiarkan. Hmm..

Yaudah, sekian cas-cis-cus kali ini, semoga terhibur baca tulisan ini. Terakhir, ku kasih foto pengantinnya deeeh.. Biar yang baca (dan yang nulis) segera menyusul. Aamiin.

  

pada liat ke kamera satunya :(


Friday, March 17, 2017

—monokrom

Sebelum masuk ke post kali ini, yuk dengerin lagu bagus ini dulu.
Terima kasih untuk lagu indah ini, mas Tulus. :)


Tulus - Monokrom


Lagu ini, entah kenapa rasanya bikin memori-memori di dalam otak dan hati ingin meloncat keluar dalam bentuk lelehan bening dari kedua mata. Gimana ya.. rasanya sama kayak lagi perjalanan terus ngeliat pemandangan di luar jendela. Ah, sudah sejauh ini.
Berapa banyak orang-orang baik di sekitar kita yang sudah banyak membantu membentuk kita menjadi seperti sekarang? Sudahkan kita mengucapkan terima kasih pada mereka? Mungkin tidak semuanya memberikan kenangan indah, tapi apa kita tahu bahwa Tuhan punya cerita lain di dalamnya? Jadi, saya juga mau cerita salah satu fase dalam hidup yang membuat saya teramat bersyukur sudah ada di titik ini.
Dulu, awal kuliah jujur saya sering bertanya-tanya "mengapa saya di sini?", "mengapa apa yang saya inginkan tidak Tuhan kabulkan?". Karena saat itu saya memang sejujurnya tidak terlalu berminat kuliah di program studi tersebut dan juga di tempat tersebutsaya yakin banyak yang punya kasus seperti ini. Berbulan-bulan pertanyaan tersebut terus menggantung di kepala hingga tahun pun berganti.
Akhirnya, setelah bertahun perjalanan, jawaban dari pertanyaan tersebut pun satu per satu terjawab. Orang-orang di sekitar, itu jawabannya kenapa saya berada "di sini".
Betapa beruntungnya saya berada di antara orang-orang yang ada di sekitar saya sekarang ini. Orang-orang yang membersamai saya dalam melangkah dan bertumbuh. Membentuk saya menjadi saya seperti sekarang ini. Menemukan apa yang disebut sahabat meski dalam langkah tak selalu sepakat. Orang-orang yang membuat ketika merindukan mereka tanpa sadar ada air yang menganak sungai dari mata.
Di antara sekian banyak teman-teman semasa kuliah di tempat itu, ada beberapa yang sedang mengikuti program Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (SM3T), sebuah program pengiriman guru ke berbagai pelosok negeri. Proses seleksi supaya bisa ikut SM3T ini harus melalui 3 tahap. Seleksi kelengkapan administrasi, tes berbasis komputer, kemudian praktik mengajar dan wawancara.
Tahap pertama, teman-teman banyak yang lolos, dan entah kenapa seperti ada yang luruh dari hati. Rasanya sudah seperti mau ditinggalkan, jauuuuh..
Dan benar saja, tahap selanjutnya dilalui dengan tanpa hambatan. Bertambahlah rasa "kehilangan" yang seharusnya jadi bahagia juga. Rasanya seperti takut jika besok komunikasi tidak bisa selancar seperti sebelumnya kemudian pada akhirnya lost contact.
Tapi ternyata, kekhawatiran yang dari awal muncul tidak terbukti. Meskipun jaringan telekomunikasi tidak selancar jika di pulau Jawa, ternyata seringkali teman-teman yang sedang SM3T ini menghubungi. Rasanya BA-HA-GI-A sekali ketika orang yang sudah berada jauh dari kita masih mengingat kita.
Terima kasih, terima kasih, terima kasih.. untuk warna dalam hidupku dan banyak kenangan indah. :')

Tuesday, February 7, 2017

Sore

Tentu saja kamu tidak tahu,
kata-katamu yang sore itu ku temukan
terpampang di salah satu akun media sosialmu
membuatku tak hanya sekadar menitikkan air mata,
tapi lebih dari itu.
Kamu,
terima kasih karena masih selalu mengingatku
sebagai apa yang kamu sebut teman dekat
meski jarak ribuan panah menjadi pemisah antara jiwa.
Baik-baik ya di sana.
Selalu.
:')